Sabtu, 23 Mei 2009

ABSTRAK PTK

A B S T R A K

NUGROHO,S.Pd. Implementasi Media Pengajaran Objek Nyata Yang Dilakasanakan Di Dalam Ruangan Dengan Di Luar Ruangan Terhadap Peningkatan Olah Kreatifitas Siswa Pada Menggambar Bentuk
( Penelitian pada Siswa Sekolah Menengah Atas ( SMA ) Negeri 115 – Jakarta Kelas X ( Sepuluh ). Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ). Jakarta , Februari 2009.
Salah satu hasil yang akan dicapai dari aspek psikomotor adalah adanya peningkatan kreatifitas siswa. Demikian juga halnya untuk mata pelajaran Seni Budaya di SMA khususnya Seni Rupa. Maka muncul permasalahan sekitar peningkatan kreatifitas siswa.
Guna menjawab permasalah yang ada , diadakan Penelitian Tindakan Kelas guna mengetahui berapa besar peningkatan olah kreatifitas yang diimplementasikan di luar ruangan ( out door ) dengan di dalam ruangan ( in door ) pada menggambar bentuk.
Guna memperoleh data , diadakan penskoran / penilaian dari hasil olah kreatifitas siswa pada menggambar bentuk dengan media pengajaran objek nyata. Penskoran / penilaian dilakukan sebanyak 2 ( dua ) kali dalam 2 ( dua ) kali siklus.
Analisis data merupakan tindak lanjut dari penskoran / penilaian olah kreatifitas siswa yang dilaksanakan di luar ruangan terhadap pelaksanaan di dalam ruangan. Perolehan hasil sebagai berikut :
- siswa yang berhasil meningkatkan kreatifitasnya sejumlah 25 siswa
dari jumlah = 28 siswa.
- siswa yang tidak berhasil meningkatkan kreatifitasnya sejumlah
3 siswa dari jumlah = 28 siswa.
Jika di prosentasekan akan memperoleh hasil peningkatannya = 89 %.
Adanya peningkatan angka prosentase kreatifitas siswa pada olah kreatifitas siswa dalam menggambar bentuk disebabkan karena adanya variasi pada tempat / lokasi yakni : di dalam ruangan ( in door ) dengan di luar ruangan
( out door ).
Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah monitoring serta peran aktif yang dilakukan guru saat pelaksanaan olah kreatifitas.

Lanjutan ...PTK SENI BUDAYA SMAN 115 JAKARTA

DAFTAR PUSTAKA



Apriyatno , Veri. 2004. Cara Mudah Menggambar Dengan Pensil. Jakarta:
Kawan Pustaka.
Ning Yuliastuti , MY. 1992. Pendidikan Seni Rupa. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press.
Nurgiyantoro , Burhan . 1988. Dasar – Dasar Pengembangan Kurikulum
Sekolah. Yogyakarta : BPFE.
Singer , S.N . 1972. The Psychomotor Domain: Movement Behavior.
London: Henry Kimton Publisher.
Soedharsono. 1985. Menggambar Bentuk Dasar. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press.
Tri Sulistyo , Edy. 2005. Kaji Dini Pendidikan Seni. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret Press.
Waspada. 1991. Pendidikan Seni Rupa. Surakarta: Universitas Sebelas
Maret Press.

Lanjutan ...PTK SENI BUDAYA SMAN 115 JAKARTA

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dengan dilaksanakannya pengumpulan data yang bersifat observasi , pengamatan langsung ( monitoring ) serta refleksi pada setiap siklus , maka dapat ditetapkan beberapa kesimpulan dari upaya peningkatan olah kreatifitas siswa pada menggambar bentuk dengan objek nyata yang dilaksanakan di dalam ruangan / in door ( siklus 1 ) dengan yang dilaksanakan di luar ruangan / out door ( siklus 2 ).
Kesimpulan yang didapat adalah :
1. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan , didapatkan adanya peningkatan hasil olah kreatifitas siswa pada menggambar bentuk dengan objek nyata yang dilaksanakan di luar ruangan ( out door ) terhadap yang dilaksanakan di dalam ruangan ( in door ).
2. Hal itu dapat dibuktikan dengan adanya prosentase tingkat keberhasilan yaitu sebesar 89 % atau sejumlah 25 siswa dari 28 siswa yang diteliti. Melalui perhitungan siklus 2 terhadap siklus 1.


Saran
Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas , maka disarankan agar :
- Guna peningkatan hasil olah kreatifitas siswa yang bersifat psikomotor diharapkan adanya variasi dalam pelaksanaannya termasuk tempat pelaksanaan ( in door atau out door ).
- Kepekaan guru selaku pendidik dalam menentukan tempat pelaksanaan olah kreatifitas siswa sangat dituntut , guna keberhasilan kemaksimalan pencapaian hasil dari setiap indikator yang berbeda.
- Tuntutan lain adalah peran serta aktif dari guru selaku pendidik dalam menyampaikan tugas olah kreatifitas siswa yang bersifat psikomotor , selain sebagai pemberi tugas seharusnya guru juga bertindak selaku pelaksana dari tugas tersebut ( minimal memberikan contoh secara langsung dari setiap langkah pelaksanaan tugas )

Lanjutan PTK SENI BUDAYA SMAN 115 JAKARTA

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


1. Subjek Penelitian
Pada penelitian ini , penulis mengambil subjek penelitian SMA Negeri 115 – Jakarta yang berlokasi di Jl. Rorotan X Cilincing , Jakarta Utara.
Pelaksanaan penelitian tanggal 19 Febuari s.d. 26 Febuari 2009. Pada saat mata pelajaran seni budaya untuk kelas X , yakni 2 X 45 menit.
Secara menyeluruh , karakteristik siswa beragam. Namun keingin tahuan yang mereka miliki tergolong cukup kuat , hal ini terlihat jelas saat pelaksaan unjuk karya menggambar bentuk. Setiap ketidak tahuan dan ketidak pahaman , hal tersebut selalu mereka tanyakan.
Secara umum pula , tingkat antusias mereka begitu dominan. Para siswa selaku peserta didik cenderung berkeinginan menjadi yang terbaik dalam proses unjuk karya menggambar bentuk.

2. Setting Penelitian

Guna menjawab semua permasalahan yang ada , maka penelitian dilaksanakan di dalam ruang kelas ( in door ) pada saat jam pelajaran seni budaya berlangsung , yakni pada Hari Senin tanggal 23 Pebruari 2009 untuk siklus 1. Dilanjutkan siklus yang ke 2 untuk di luar ruangan ( out door ) pada hari Senin tanggal 2 Maret 2009.

3. Disain Penelitian

Penelitian dirancang dengan pelaksanaan beberapa tahapan. Setiap tahapan saling berkesinambungan dengan tujuan agar data yang diperoleh bagi analisis data cukup memadai.
Sebagai tahapan awal adalah mempersiapkan objek nyata dalam hal ini adalah gelas minum yang terbuat dari plastik. Penulis juga mempersiapkan lembar observasi berupa kertas ukuran HVS yang buram , atau umum menyebutnya dengan kertas buram. Kertas buram tersebut dipilih dengan mempertimbangkan karakter kertasnya yang agak berserat ( tidak licin ) pada permukaannya. Hal ini dimaksudkan agar dapat diciptakan goresan yang bersifat artistik.
Untuk alat pembelajarannya yaitu pensil 2B , yang memang telah banyak dimiliki oleh siswa.
Tahap kedua adalah pelaksanaan siklus 1 di dalam ruangan ( in door ) , siswa diberikan objek nyata namun sebelumnya penulis telah menguraikan terlebih dahulu maksud serta unsur apa saja berperan pada olak kreatifitas menggambar bentuk.
Tahap berikutnya pelaksanaan siklus 2 olah kreatifitas dengan objek nyata di dluar ruangan ( out door ).
Dari 2 siklus yang dilaksanakan akan di dapat 2 ( dua ) kali pelaksanaan olah kreatifitas , yakni 1 ( satu ) kali di dalam ruangan ( in door ) dan 1 ( satu ) kali di luar ruangan.
Pemberian skor / penilaian dilaksanakan sebanyak 2 ( dua ) kali , pelaksanaannya setelah siswa selesai melaksanakan olah kreatifitas.

4. Analisis Data dan Refleksi

Analisis data dilaksanakan guna mengolah data yang ada agar peneliti mendapatkan jawaban dari apa yang di telah dirumuskan pada perumusan masalah.
Dalam menganalisi data diperlukan adanya rumus perhitungan. Rumus tersebut ditetapkan oleh penulis guna pencapaian hasil perhitungan yang maksimal. Rumus berlaku sama terhadap siklus yang dilaksanakan.
Refleksi pada penelitian ini dilaksanakan pada siklus 1 di dalam
ruangan ( in door ) serta pada siklus 2 dan di luar ruangan ( out door ).
Dari refleksi yang dilaksanakan sejumlah 2 ( dua ) kali memungkinkan akan didapati segala bentuk kemajuan maupun kelemahan yang ada saat olah kreatifitas siswa.
Adanya refleksi menjadikan kendala yang ada akan langsung diatasi. Menjadikan kreatifitas siswa semakin berkembang dan semakin percaya diri dalam berolah kreatifitas.Merupakan pekerjaan yang tidak ringan bagi penulis pada tahap refleksi yang berakar pada monitoring pelaksanaan. Karena refleksi yang dipaparkan benar – benar murni dari hasil monitoring pelaksanaan olah kreatifitas siswa


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian
Setelah 2 ( dua ) siklus olah kreatifitas siswa dilaksanakan , langkah selanjutnya adalah pelaksanaan perhitungan skor / penilaian dari masing – masing tahapan.
Tahap perhitungan pada Siklus 1 adalah sebagai berikut :
- pertama : menghitung skor / penilaian terhadap hasil olah kreatifitas siswa di dalam ruangan ( in door ) dengan menggunakan rumus
id = A + B + C
3
id = skor olah kreatifitas siswa di dalam ruangan ( in door ).
A = skor proporsi objek
B = skor karakteristik objek ( arsiran )
C = skor ketepatan objek
3 = angka pembagi, karena penilaiannya diberlakukan dari 3 aspek.
Hasil perhitungan tersebut dimasukkan ke dalam tabel :
Hasil Skor Olah Kreatifitas Siswa Di dalam Ruangan ( Siklus 1 ).
( Lihat Lampiran ).
- kedua : menghitung skor / penilaian terhadap hasil olah kreatifitas siswa di luar ruangan ( out door ) dengan menggunakan rumus :
od = A + B + C
3
od = skor olah kreatifitas siswa di luar ruangan ( out door ).
A = skor proporsi objek
B = skor karakteristik objek ( arsiran )
C = skor ketepatan objek
3 = angka pembagi, karena penilaiannya diberlakukan dari 3 aspek.
Hasil perhitungan tersebut dimasukkan ke dalam tabel :
Hasil Skor Olah Kreatifitas Siswa Di Luar Ruangan ( Siklus 2 )
( Lihat Lampiran ).

- ketiga : menghitung skor peningkatan olah kreatifitas siswa , dengan menggunakan rumus :
od – id = x
od = skor olah kreatifitas siswa di luar ruangan ( out door ).
id = skor olah kreatifitas siswa di dalam ruangan ( in door ).
x = skor peningkatan olah kreatifitas siswa.
Hasil perhitungan tersebut dimasukkan ke dalam tabel :
Skor Peningkatan Olah Kreatifitas Siswa. ( Lihat Lampiran ).
- keempat : dari perhitungan tersebut di atas akan didapatkan
juga jumlah siswa yang berhasil ( ∑ b ) serta jumlah siswa yang tidak berhasil ( ∑ tb ) dalam peningkatan hasil olah kreatifitasnya.
Selanjutnya , guna mengetahui besarnya prosentase siswa yang berhasil serta jumlah siswa yang tidak berhasil dalam peningkatan hasil olah kreatifitasnya , digunakan rumus :
bm = ∑ b
X 100 %
∑ s

bm = prosentase keberhasilan peningkatan olah kreatifitas siswa
∑ b = jumlah siswa yang berhasil meningkat olah kreatifitasnya
∑ s = jumlah siswa yang diteliti


tbm = ∑ tb
X 100 %
∑ s

tbm = prosentase ketidak berhasilan peningkatan olah kreatifitas
siswa
∑ tb = jumlah siswa yang tidak berhasil meningkat olah kreatifitasnya
∑ s = jumlah siswa yang diteliti
Hasil perhitungan tersebut dimasukkan ke dalam tabel : Prosentase Keberhasilan dan Ketidak berhasilan Peningkatan Olah Kreatifitas Siswa .
( Lihat Lampiran ).

2. Pembahasan
Dari hasil siklus 1 disimpulkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
NILAI KATEGORI JUMLAH SISWA
10 – 29 Kurang baik sekali -----
30 – 49 Kurang baik 2
50 – 69 Sedang 23
70 – 89 Baik 3
90 – 100 Baik sekali -----

jumlah 28

Dari kenyataan tersebut di atas dapat digaris bawahi untuk siswa yang mendapatkan kategori kurang baik adalah 2 siswa , dan untuk kategori sedang sejumlah 23 siswa , kategori baik sejumlah 3 siswa.
Dari hasil monitoring pada saat pelaksanaan , kemudian memunculkan refleksi adanya kendala yang ditemukan saat penelitian berlangsung adalah :
- Konsentrasi siswa yang masih belum fokus terhadap objek nyata yang diberikan. Penyebabnya adalah kebebasan siswa dalam berekspresi terbatasi oleh posisi dimana siswa tersebut duduk ( tempat duduk di dalam ruang kelas terlalu berdekatan).
- Perkembangan daya kreatifitas yang terbatasi adanya dinding ruang kelas , menjadikan siswa mudah jenuh dalam berolah kreatifitas.
Kendala yang ada menunjukkan kelemahan yang ada untuk pelaksanaan olah kreatifitas di dalam ruangan ( in door ) sehingga pencapaian kreatifitas tidak maksimal.

Dari hasil siklus 2 disimpulkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
NILAI KATEGORI JUMLAH SISWA
10 – 29 Kurang baik sekali -----
30 – 49 Kurang baik -----
50 – 69 Sedang 16
70 – 89 Baik 12
90 – 100 Baik sekali -----
jumlah 28

Dari kenyataan tersebut di atas dapat digaris bawahi untuk siswa yang mendapatkan kategori sedang sejumlah 23 siswa , kategori baik sejumlah 3 siswa.
Dari hasil monitoring pada saat pelaksanaan , kemudian memunculkan refleksi adanya kendala yang ditemukan saat penelitian berlangsung adalah :
- Konsentrasi siswa yang sudah mulai fokus terhadap objek nyata yang diberikan. Penyebabnya adalah kebebasan siswa dalam berekspresi sudah bebas tidak dibelenggu oleh posisi dimana siswa tersebut duduk ( karena siswa melaksanakannya di halaman sekolah ).
- Perkembangan daya kreatifitas tidak lagi terbatasi adanya dinding ruang kelas , menjadikan siswa lebih bersemangat dalam berolah kreatifitas.

Dari kedua pelaksanaan olah kraetifitas ( siklus 1 dan siklus 2 ) menunjukkan adanya perbedaan yang sangat menonjol pada kondisi pelaksanaanya. Perbedaan itu menjadikan hasil perolehan skor meningkat pada olah kreatifitas menggambar bentuk dengan objek nyata yang dilakukan siswa meningkat.
Peningkatan yang terjadi disebabkan karena adanya perbedaan tempat pelaksanaan yakni di dalam ruangan ( in door ) dengan di luar ruangan ( out door ).

PTK SENI BUDAYA SMAN 115 JAKARTA

IMPLEMENTASI MEDIA PENGAJARAN OBJEK NYATA YANG DILAKSANAKAN DI DALAM RUANGAN DENGAN DI LUAR RUANGAN
TERHADAP PENINGKATAN OLAH KREATIFITAS SISWA
PADA MENGGAMBAR BENTUK

( Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan pada siswa
SMAN 115 – Jakarta
Kelas X ( Sepuluh )





Oleh :
Nugroho , S.Pd.








Dinas Pendidikan Menengah Tinggi Provinsi DKI Jakarta
Suku Dinas Dikmenti Jakarta Utara
SMAN 115 Jakarta Utara
Jl. Rorotan X – Cilincing , Jakarta Utara
Telp. ( 021 ) 44850555 – Email : sma115jakarta@yahoo.com



KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah SWT berkenaan dengan telah selesainya Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) ini tidak sedikit dukungan , dorongan , arahan serta bimbingan yang penulis terima dari berbagai pihak.
Oleh sebab itu penulis menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Ibu Dra. Yati Resmiati , MM ( Kepala SMAN 115 – Jakarta ) atas segala
dorongan , bimbingan serta motivasi dan kepercayaan yang diberikan kepada
penulis.
2. Bapak Drs. Rahmanto , M.Pd. ( Guru SMA Negeri 115 –Jakarta ) atas segala
bantuan motivasi serta bimbingannya yang diberikan kepada penulis.
3. Rekan – rekan guru berikut staf dan karyawan SMAN 115 – Jakarta yang telah
banyak memberikan semangat dan masukkan kepada penulis
4. Siswa – siswi SMAN 115 – Jakarta kelas X ( Sepuluh ) 4 Tahun
Ajaran 2008 – 2009 , atas segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
5. Kakak , istri serta anak tercinta , atas segala do’a serta dukungan semangat yang
dijalin dan tak pernah putus bagi penulis
6. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungannya
kepada penulis.

Penulis hanya dapat mendo’akan agar apa yang telah diberikan kepada penulis akan
mendapatkan pahala dari Allah SWT , amien, Harapan penulis semoga hasil Penetian
Tindakan Kelas ( PTK ) ini dapat bermanfaat bagi para guru , utamanya guru mata
pelajaran seni budaya khususnya seni rupa. Dan lebih luas lagi bagi dunia pendidikan.



Penulis




BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam dunia pendidikan dikenal adanya beberapa media pengajaran. Media pengajaran yang dimaksud mempunyai tujuan akhir yakni guna mencapai peningkatan dalam proses belajar mengajar.
Dunia pendidikan menempatkan para pendidik ( guru ) di dalam pemilihan media pengajaran. Dan adanya pemilihan media pengajaran diharapkan akan mencapai hasil yang maksimal dari kegiatan belajar mengajar.
Ada beberapa media pengajaran yang dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran. Termasuk media pengajaran objek nyata. Berkaitan dengan media pengajaran objek nyata , Burhan Nurgiyantoro ( 1988 ) berpendapat bahwa media ini berupa objek – objek nyata dalam arti dapat diindera dengan seluruh panca indera. Media ini dapat berupa benda yang senyatanya, tiruan, atau spesimen.
Mata pelajaran Seni Budaya , khususnya seni rupa menuntut adanya kegiatan pembelajaran yang bersifat praktek dengan penilaian secara psikomotor.
Sedangkan pelaksanaan media pengajaran ini dapat dilakukan di dalam ruangan ( in door ) maupun di luar ruangan ( out door ).
Dari kedua ruangan ini didapatkan perbedaan hasil akhir olah kreatifitas yang di tentukan oleh skor penilaian.
Namun pada kenyataannya penilaian dengan media pengajaran objek nyata sangat jarang dilakukan oleh guru mata pelajaran seni budaya , khususnya seni rupa. Dengan dalih akan menambah beban tugas dan membuang waktu.
Guna mencapai hasil olah kreatifitas yang maksimal , maka guru dituntut agar lebih tepat dalam menentukan media pengajaran.
Namun hal yang tak kalah penting juga adalah dikuasai atau tidaknya materi pelajaran tersebut. Dengan kata lain sebagai guru , ternyata ada tuntutan baginya untuk berolah kreatifitas secara langsung dihadapan siswa.
Secara umum banyak siswa mengalami kesulitan untuk berolah kreatifitas pada menggambar bentuk.
Kesulitan umum yang terjadi antara lain :
- bentuk objek yang digambar tidak tepat seperti objek gambar sebenarnya.
- proporsi objek yang digambar tidak tepat , terkadang kesan yang ditimbulkan terlalu pendek atau terlalu tinggi , terlalu kurus atau terlalu gemuk.
- karakter objek yang digambar sulit membedakan bahan dasar objek gambar sebenarnya. Karakter objek yang berbahan dasar plastik , kadang terkesan seperti berbahan dasar tanah liat.

Dengan kata lain permasalahan yang ada saat olah kreatifitas menggambar bentuk adalah :
- pendekatan objek gambar melalui pengamatan masih kurang.
- dalam menentukan proporsi , masih jauh dari yang diharapkan.
- penentuan karakter objek gambar masih belum dapat mewakili bentuk sesungguhnya.
Menyikapi gejala tersebut diatas , maka penulis melakukan penelitian dengan judul ” Implementasi media pengajaran objek nyata yang dilaksanakan di dalam ruangan dengan di luar ruangan terhadap peningkatan olah kreatifitas siswa pada menggambar bentuk “
Daya pengamatan objek gambar merupakan unsur terpenting dalam proses olah kreatifitas menggambar bentuk. Namun hal ini sering sekali diabaikan dalam proses pembelajaran , utamanya bagi menggambar bentuk.
Analisis masalah yang ditentukan pada penelitian ini bersumber dari permasalahan yang ada. Karenanya pada penelitian ini , penulis mengacu pada implementasi media pengajaran. Harapan yang ingin dicapai adalah peningkatan skor ( nilai ) siswa dalam menggambar bentuk yang dilaksanakan di dalam ruangan dengan di luar ruangan.
Dengan demikian analisis masalah yang ditetapkan oleh penulis adalah :
- hasil akhir olah kreatifitas siswa yang ditetapkan dengan penskoran pada pelaksanaan media pengajaran objek nyata di dalam ruangan ( in door ) terhadap materi menggambar bentuk.
- hasil akhir olah kreatifitas siswa yang ditetapkan dengan penskoran pada pelaksanaan media pengajaran objek nyata di luar ruangan ( out door ) terhadap materi menggambar bentuk.
- kendala yang timbul saat pelaksanaan keduanya.

2. IDENTIFIKASI MASALAH
Kesulitan umum seperti tersebut diatas , oleh penulis dijadikan identifikasi masalah , dengan bersandar pada pelaksanaan di dalam ruangan maupun diluar ruangan. Yang menjadi identifikasi masalah pada penelitian ini adalah :
a. Bagaimanakah hasil akhir olah kreatifitas siswa pada menggambar bentuk yang dilaksanakan di dalam ruangan dengan media pengajaran objek nyata ?
b. Bagaimanakah hasil akhir olah kreatifitas siswa pada menggambar bentuk yang dilaksanakan di luar ruangan dengan media pengajaran objek nyata ?
c. Adakah peningkatan hasil akhir olah kreatifitas siswa pada menggambar bentuk yang dilaksanakan di dalam ruangan dengan di luar ruangan ?

3. PERUMUSAN MASALAH
Adanya Latar Belakang Masalah , Identifikasi Masalah mendasari Perumusan Masalah. Perumusan Masalah merupakan batasan mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti.
Pada penelitian ini , rumusan masalah yang dajukan penulis adalah sebagai berikut :
a. Apakah ada peningkatan olah kreatifitas siswa pada menggambar bentuk dengan media pengajaran objek nyata yang dilaksanakan di luar ruangan ( out door ) ?
b. Sejauh mana peningkatan itu ?

4. KEGUNAAN PENELITIAN
Dari hasil yang diperoleh maka akan dilaksanakan penskoran guna menetapkan hasil akhir dari penelitian ini.
Secara awal dapat dirumuskan manfaat penelitian ini adalah :
a. Guna mendapatkan perhitungan skor yang pasti dari pelaksanaan olah kreatifitas siswa pada menggambar bentuk yang dilaksanakan
di dalam ruangan ( in door ) dengan di luar ruangan ( out door ).
b. Dari perhitungan skor tersebut akan dapat ditentukan ada atau tidaknya peningkatan kreatifitas siswa.
c. Guna mengetahui faktor apa saja yang mungkin muncul pada proses olah kreatifitas siswa pada menggambar bentuk yang dilaksanakan di dalam ruangan ( in door ) dengan di luar ruangan
( out door ).
d. Sebagai acuan guna menetapkan kendala yang ada serta bagaimana mengatasi kendala tersebut.
e. Bagi siswa , akan lebih terbiasa bersosialisasi dengan alam sekitar.
f. Memperkecil tingkat kejenuhan siswa dalam berolah kreatifitas , utamanya di bidang seni rupa.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Media Pengajaran
Salah satu kunci keberhasilan proses belajar mengajar adalah ketepatan dalam memilih media pengajaran.
Karena dengan pemilihan media pengajaran yang tepat akan memperoleh hasil yang maksimal.
Menurut Burhan Nurgiyantoro ( 1988 ) penggunaan media pengajaran terutama dimaksudkan untuk meningkatkan penyerapan arus informasi yang disampaikan ( oleh guru ) di kalangan si belajar. Dengan demikian , dengan pemanfaatan media itu diharapkan dapat lebih menunjang tercapainya tujuan yang diharapkan. Penggunaan media , di lain pihak, juga dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar lebih baik.
Jadi jelaslah bahwa fungsi media pengajaran sebagai upaya peningkatan daya serap arus informasi bagi siswa selaku peserta didik serta guna meningkatkan motivasi agar belajar lebih baik.
Pada dasarnya ada beberapa ragam media pendidikan yang dapat dipilih oleh guru guna mencapai keberhasilan proses belajar mengajar.
Penulis mengambil ragam pendidikan objek nyata. Yang menurut Burhan Nurgiyantoro ( 1988 ) media ini berupa objek – objek nyata dalam arti dapat diindera. Media ini dapat berupa media yang senyatanya , tiruan , atau spesimen.
Hasil akhir olah kreatifitas siswa merupakan penilaian psikomotor. Karena segala pencapaiannya sangat ditentukan oleh ketrampilan siswa itu sendiri.
Menurut Singer ( 1972 ) bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada reaksi – reaksi fisik dan ketrampilan tangan. Ketrampilan itu sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan tugas tertentu.
Yang harus diperhatikan juga adalah pencapaian hasil akhir olah kreatifitas siswa dalam menggambar bentuk tidak dapat dilepaskan dari 3 ( tiga ) komponen penting yakni : pelaksanaan metode pengajaran yang tepat , penyediaan media pengajaran yang bersifat menunjang serta alat belajar yang memadai bagi siswa.
Ketiga komponen itu mutlak harus dilaksanakan dan disediakan , mengingat kurikulum yang digunakan harus dikembangkan.
Selain itu dengan dilaksanakan dan disediakannya ketiga komponen tersebut dapat dijadikan kiat guna memperkecil kegagalan yang sering dihadapi dalam proses belajar mengajar.
Tugas guru selaku pendidik di sekolah bagi mata pelajaran seni budaya tidak boleh menghambat apalagi menghalangi ekspresi siswa.
Menurut Waspada ( 1991 ) guru seni sebagai anggota dan sebagai orang yang telah memilki banyak pengalaman tidak boleh menekankan / memaksa idenya , semua kegiatan hendaknya dipergunakan sebagai alat untuk menstimulasi pertumbuhan melalui pengalaman – pengalaman menyusun , memilih , menilai dan lain – lain.
Lebih lanjut menurut MY Ning Yuliastuti ( 1992 ) tujuan pendidikan seni rupa adalah : a. Mengembangkan sensitivitas dan kreatifitas.
b. memberikan kesempatan kepada anak untuk berekspresi
c. membentuk kepribadian anak supaya harmonis , sehingga dapat berpartisipasi penuh dalam masyarakat lingkungannya.

2. Menggambar Bentuk
Merupakan salah satu materi yang harus diajarkan kepada siswa.
Menurut Soedharsono ( 1985 ) batasan dalam menggambar benda adalah :
- Menggambar bentuk merupakan bagisan dari mata pelajaran pendidikan seni rupa yang termasuk jenis mata pelajaran praktek.
- Yang dimaksud dengan menggambar bentuk adalah upaya berkarya melalui menggambar dengan menggunakan objek atau model benda , secara pengamatan langsung dalam pendekatan realistis.
- Objek atau model benda adalah benda – benda yang tidak bernyawa ( still life ).
Lebih rinci , Veri Apriyatno ( 2004 ) menjelaskan bahwa metode belajar menggambar dengan cara melihat objek bendanya secara langsung lebih efektif jika dibandingkan dengan hanya mengandalkan memori dan imajinasi. Hal ini karena kita secara langsung merasakan keberadaan benda – benda tersebut dan bisa menggambarkan karakter dan proporsinya secara benar.

3. Penilaian Hasil Belajar Psikomotor
Hasil akhir dari unjuk karya adalah penilaian. Karena unjuk karya tergolong kegiatan praktek maka penilaiannya beraspek psikomotor , utamanya pada saat proses kegiatan unjuk karya serta hasil akhirnya.

4. Perangkat Penilaian Psikomotor
Dua hal penting yang perlu dilakukan oleh guru . apabila melakukan penilaian ataupun pengukuran tingkat hasil belajar siswa yang beraspek psikomotor. Yang pertama perlu adanya soal , dapat berupa lembar kerja , lembar tugas , perintah kerja , lembar eksperimen. Sedangkan untuk mengamati unjuk karya siswa selaku peserta didik dapat menggunakan lembar observasi ataupun portofolio.
Kesemuanya ini berfungsi guna mengetahui peningkatan kreatifitas siswa secara berkesinambungan.
5. Penyusunan Rancangan Penilaian
Pada penelitian ini , penilaian hasil unjuk karya siswa disusun rancangannya sebagai berikut :
a. Penilaian dilakukan sampai dengan 2 ( dua ) kali siklus.
Setiap siklus aspek yang dinilai ( diberikan Skor ) meliputi :
a.1. Proporsi objek
a.2. Karakteristik objek yang diwakili oleh arsiran
a.3. Ketepatan objek
b. Pada setiap siklus akan dipaparkan kendala yang ada.

6. Kisi – Kisi Penilaian / Penskoran
Merupakan acuan bagi penulis guna mendapatkan hasil akhir bagi unjuk karya siswa selaku peserta didik. Para siswa diberikan tugas mengamati objek nyata , dari hasil pengamatan tersebut dilanjutkan pada olah kreatifitas berupa menggambar bentuk berdasarkan objek nyata dan hasil pengamatan. Selama proses penugasan , penulis mengamati langsung kegiatan unjuk karya siswa dengan tujuan untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh para siswa.
Hal ini dilakukan di dalam ruangan ( in door ) dengan di luar ruangan ( out door ) secara berkesinambungan.
Setelah proses olah kreatifitas siswa selesai , maka penulis mengadakan penilaian / penskoran dari masing – masing siswa pada setiap siklusnya.
Dengan menggunakan pedoman penilaian / penskoran sebagai berikut :
Nilai 10 – 29 kategori kurang baik sekali
Nilai 30 – 49 kategori kurang baik
Nilai 50 – 69 kategori sedang
Nilai 70 – 89 kategori baik
Nilai 90 – 100 kategori baik sekali

Selasa, 10 Februari 2009

MOTIF RAGAM HIAS DAERAH

Tiap daerah di Indonesia mempunyai pola ragam hias yang berbeda.
Pola Ragam hias daerah biasanya mempunyai cirri khas tersendiri.
Hal tersebut terjadi karena pengaruh dari alam lingkungannya.
Untuk bahasan pola ragam hias , akan dibahas pola hias daerah :
1). Toraja.
Di daerah Toraja (Sulawesi Tengah) hiasan geometris mempunyai arti penting sebagai hias ukiran kayu yang dipergunakan untuk menghiasi rumah – rumah.

2). Jawa.
Sebagai pulau yang paling banyak pola hiasnya.
Pola hias tersebut antara lain : pola hias Karang Boma , pola hias Mataram , pola hias Surakarta , pola hias Cirebon , pola hias Jepara , pola hias Majopahit , pola hias Padjajaran , pola hias Pekalongan.
Pola hias tersebut satu sama lain memiliki kemiripan. Misalnya pola hias Surakarta hamper sama dengan pola hias Jepara , Pekalongan.
a). Pola hias Boma.
Terkenal dengan nama Kala , yaitu stilasi dari bentuk wajah raksasa ( mahluk Khayal )
Kala di Jawa Tengah penggambarannya tidak dengan rahang bawah sedangkan gaya Jawa Timur digambarkan lengkap dengan rahang atas dan rahang bawah dengan mulut terbuka.
b). Pola hias Surakarta.
Merupakan stilasi dari motif tumbuh – tumbuhan yaitu bentuk daun pakis , baik yang sedang tumbuh ataupun yang sudah mekar.
Dari bentuk motif tersebut diubah dengan selera dan gaya penciptaannya sehingga mempunyai irama yang ritmis , lemah gemulai dan harmonis.